Oleh: Novi Budiman, S.IP., M.Si
Dosen Politik Islam UIN MY Batusangkar
Pilkada 2024 semakin mendekat, dan euforia politik mulai dirasakan di seluruh penjuru negeri. Namun, di tengah hiruk-pikuk persiapan dan kampanye, muncul fenomena yang sering kali luput dari perhatian, yakni “rabun jauh politik. Konsep ini populer dalam bidang ilmu perilaku dan psikologi sosial ” Istilah ini mengacu pada kecenderungan masyarakat (Pemilih) dan bahkan para pemimpin politik untuk fokus pada kemenangan jangka pendek tanpa mempertimbangkan implikasi jangka panjang dari keputusan yang diambil.
Dalam konteks Pilkada, rabun jauh politik tampak jelas dalam pilihan kandidat dan strategi kampanye yang berpusat pada popularitas instan, alih-alih kapasitas kepemimpinan jangka panjang. Banyak kandidat lebih menonjolkan program-program yang bersifat populis dan dapat dengan cepat menarik perhatian pemilih, namun kurang memperhatikan kelangsungan atau dampak program tersebut di masa mendatang. Kebijakan-kebijakan ini mungkin efektif untuk memenangkan suara, tetapi tidak selalu berkelanjutan atau bermanfaat dalam jangka panjang.
Di sisi lain, para pemilih juga sering kali terjebak dalam rabun jauh politik. Mereka cenderung memilih kandidat yang menawarkan solusi cepat atas masalah yang mereka hadapi saat ini, tanpa mengevaluasi visi dan misi jangka panjang yang ditawarkan oleh para kandidat. pemilih terjebak melalui berbagai bentuk bantuan barang, jasa bahkan uang yang diberikan oleh kandidat dengan dalih sebagai bentuk keperpihakan terhadap masyarakat. Akibatnya, kualitas demokrasi lokal terancam karena masyarakat tidak mendapatkan pemimpin yang benar-benar mampu membawa perubahan positif dan berkelanjutan.
Rabun jauh politik juga memiliki implikasi serius terhadap pembangunan daerah. Pembangunan yang direncanakan hanya untuk memenuhi janji kampanye atau mengakomodasi kepentingan jangka pendek dapat merusak potensi pertumbuhan jangka panjang. Proyek infrastruktur yang dibangun tanpa perencanaan matang, misalnya, dapat menjadi beban anggaran daerah di masa depan, tanpa memberikan manfaat bagi peningkatan ekonomi masyarakat yang secara signifikan.
Mengatasi rabun jauh politik dalam Pilkada 2024 memerlukan upaya dari berbagai pihak. Para pemimpin politik harus berani menawarkan visi dan misi yang realistis dan berkelanjutan, meskipun mungkin kurang populer di kalangan pemilih. Partai politik juga perlu memainkan peran penting dalam mengedukasi pemilih mengenai pentingnya memilih pemimpin yang memiliki pandangan jangka panjang.
Sementara itu, masyarakat harus lebih kritis dalam mengevaluasi calon pemimpin. Edukasi politik yang intensif diperlukan agar pemilih dapat membedakan antara janji populis dan program yang benar-benar akan membawa perubahan positif dalam jangka panjang.
Kesadaran ini dapat dibangun melalui diskusi publik, debat kandidat yang fokus pada isu-isu substansial, serta media yang bertanggung jawab dalam memberikan informasi yang mendalam.
Pilkada 2024 merupakan momen krusial bagi masa depan demokrasi dan pembangunan daerah di Indonesia. Namun, ancaman rabun jauh politik dapat menggagalkan peluang untuk mendapatkan pemimpin yang benar-benar mampu membawa perubahan positif.
Oleh karena itu, baik para kandidat, partai politik, maupun masyarakat harus bersama-sama berupaya untuk mengatasi kecenderungan ini, dan memastikan bahwa pilihan yang dibuat dalam Pilkada tidak hanya untuk hari ini, tetapi juga untuk masa depan yang lebih baik.