Semangat Islam – Setiap manusia memiliki cara serta teknik yang berbeda-beda dalam menyikapi ataupun menanggapi segala sesuatu. Sama hal nya dengan Pola Asuh, setiap orang tua memiliki cara dan tindakan tersendiri dalam mendidik buah hatinya. Hal ini pun dapat membentuk karakter dan berpengaruh terhadap anak tersebut.
Secara etimologi, pola berarti bentuk, tata cara, sedangkan asuh berarti menjaga, merawat dan mendidik (Muslima, 2015). Sehingga pola asuh berarti bentuk atau system dalam menjaga, merawat dan mendidik (Muslima, 2015).
Jika ditinjau dari terminology, pola asuh anak adalah suatu pola atau system yang diterapkan dalam menjaga, merawat, dan mendidik seorang anak yang bersifat relative konsisten dari waktu ke waktu (Muslima, 2015). Pola asuh orang tua dalam lingkungan keluarga juga adalah usaha orang tua dalam membina anak dan membimbing anak baik jiwa maupun raganya sejak lahir sampai dewasa (Muslima, 2015).
Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola berarti corak, model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap (Muslima, 2015). Sedangkan kata asuh dapat berarti menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil, membimbing (membantu, melatih dan sebagainya), dan memimpin (mengepalai dan menyelenggarakan) satu badan atau lembaga (Muslima, 2015).
Menurut Sigmund Freud dalam teori Psikoanalisa menyebutkan bahwa perkembangan kepribadian seorang anak dipengaruhi oleh apa yang ia terima pada masa golden age yaitu usia 0-6 tahun pertama kehidupan serta kemampuan untuk melewati setiap fase perkembangan, apabila seorang anak mendapatkan pendidikan dan pengasuhan yang baik maka akan mengakibatkan anak memiliki kepribadian yang baik pada saat dewasa (Ayun, 2017).
Pola asuh orang tua merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku orang tua dan anak dalam berinteraksi, berkomunikasi selama mengadakan kegiatan pengasuhan (Badria, Fitriana, & Siliwangi, 2018). Setiap orang tua mempunyai pola asuh yang berbeda, oleh karena itu akan menghasilhan pola hasil yang berbeda pada setiap anak, atau anak akan memiliki karakter yang berbeda antara satu dengan yang lainnya (Badria, Fitriana, & Siliwangi, 2018).
Menurut Baumrind (1967) dalam (Badria, Fitriana, & Siliwangi, 2018) terdapat empat pola asuh orang tua terhadap anaknya yaitu:
- Pola asuh Demokratis
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap berlebihan yang melampaui kemampuan anak dan memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan. Pengaruh pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman-temannya.
- Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti. Orang tua tipe ini cenderung memaksa, memerintah, menghukum. Orang tua beranggapan bahwa anak harus mengikuti aturan yang ditetapkan, karena peraturan yang ditetapkan orang tua semata mata demi kebaikan anak.
Orang tua tak mau repot berfikir bahwa peraturan yang kaku justru akan menimbulkan serangkaian efek. Pola asuh otoriter biasanya berdampak buruk pada anak, biasanya pola asuh seperti ini akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, gemar menentang, suka melanggar norma-norma, dan berkepribadian lemah.
- Pola Asuh Permisif
Pola asuh ini memberiakan pengawasan yang sangat longgar memberikan kesempatan kepada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup dari orang tua. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam keadaan bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun, orang tua tipe ini bersifat hangat sehingga seingkali disukai oleh anak. Pola asuh permisif akan menghasilkan anak yang tidak patuh, manja, kurang mandiri mau menang sendiri dan kurang percaya diri.
- Pola Asuh Penelantar
Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka seperti bekerja. Pola asuh penelantar akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah sering bolos dan bermasalah dengan teman.
Dengan perbedaan penerapan pola asuh akan menghasilkan karakter serta sikap yang berbeda-beda pula tiap individunya. Hal ini dapat mempengaruhi kegiatan yang akan dilakukan oleh anak tersebut, karena pada dasarnya pembelajaran yang utama didapat oleh seseorang dimulai dari aktivitas nya bersama keluarga, hal ini bisa menjadi patokan individu tersebut dalam aktivitas yang akan dilakukannya diluar rumah.
Dengan ini, penerapan Pola asuh yang baik dan benar hendaknya di terapkan oleh orangtua agar anak terbentuk pada karakter yang baik dan mampu menjalankan kehidupan dengan cara yang benar.
Karya : Nadia Nopiana