Semangat Islam- Alquran menjelaskan kepribadian manusia dan ciri-ciri umum yang membedakan dari makhluk lain. Alquran juga menyebutkan sebagian pola dan model umum kepribadian yang banyak terdapat pada semua masyarakat. Kepribadian adalah bagian dari jiwa yang membangun keberadaan manusia menjadi satu kesatuan, tidak terpecah belah dalam fungsi-fungsinya. Memahami kepribadian berarti memahami aku, diri, self atau memahami manusia seutuhnya. Mempelajari tentang kepribadian adalah suatu ilmu yang menarik karena kita bisa mengetahui kepribadian diri kita sendiri.
Apa itu kepribadian?
Secara etimologi, kepribadian berasal dari bahasa latin yaitu “persona” yang berarti topeng. Pada awalnya kata topeng ini digunakan oleh para pemain sandiwara kemudian kata ini menjadi istilah yang mengacu pada gambaran sosial yang dimiliki seseorang. Dengan kata lain istilah ini sering digunakan untuk melukiskan keadaan atau penampilan fisik seseorang, gaya bicara, semangat, dan daya tarik yang dimilikinya. Dan kepribadian berhubungan dengan sifat atau ciri-ciri yang menonjol pada diri seseorang. (Sapuri, 2017)
Kepribadian menurut psikologi islami adalah integrasi sistem kalbu, akal, dan nafsu manusia yang menimbulkan tingkah laku (Hasanah, 2015). Kepribadian sesungguhnya merupakan produk dari interaksi di antara ketiga komponen tersebut, hanya saja ada salah satu yang lebih mendominasi dari komponen yang lain. Dalam interaksi itu kalbu memiliki posisi dominan dalam mengendalikan suatu kepribadian. Prinsip kerjanya cenderung pada fitrah asal manusia, yaitu rindu akan kehadiran Tuhan dan kesucian jiwa. Aktualitas kalbu sangat ditentukan oleh sistem kendalinya. Sistem kendali yang dimaksud adalah Al-Qur’an dan Sunnah.
Akal prinsip kerjanya adalah mengejar hal-hal yang realistik dan rasionalistik. Oleh sebab itu, maka tugas utama akal adalah mengikat dan menahan hawa nafsu. Apabila tugas utama ini terlaksana maka akal mampu untuk mengaktualisasikan sifat bawaan tertingginya, namun jika tidak maka akal dimanfaatkan oleh nafsu. Sementara nafsu prinsip kerjanya hanya mengejar kenikmatan duniawi dan ingin menggambarkan nafsu-nafsu impulsifnya. Apabila sitem kendali kalbu dan akal melemah, maka nafsu mampu mengaktualkan sifat bawaannya, tetapi apabila sistem kendali kalbu dan akal tetap berfungsi, maka daya nafsu melemah. Nafsu sendiri memiliki daya tarik yang sangat kuat dibanding dengan kedua sistem fitrah nafsani yang lainnya. Kekuatan tersebut disebabkan oleh bantuan dan bisikan setan serta tipuan-tipuan impulsif lainnya.
Ayo kita ketahui apa-apa saja kepribadian dalam psikologi islam!
- Kepribadian Ammarah (nafsal-ammarah)
Kepribadian ammarah adalah kepribadian yang cenderung pada tabiat jasad dan mengejar prinsip-prinsip kenikmatan (pleasure principle). Kepribadian ammarah mendominasi peran kalbu untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang rendah sesuai dengan naluri primitifnya, sehingga merupakan tempat dan sumber kejelekan dan tingkah laku yang tercela. Kepribadian ammarah adalah kepribadian yang dipengaruhi oleh dorongan-dorongan bawah sadar manusia. Manusia yang berkepribadian ammarah tidak saja dapat merusak dirinya sendiri, tetapi juga merusak diri orang lain. Keberadaannya ditentukan oleh dua daya, yaitu: syahwat yang selalu menginginkan birahi, kesukaan diri, ingin tau dan campur tangan urusan orang lain, dan daya ghadah yang selalu menginginkan tamak, serakah, mencekal, berkelahi, ingin menguasai orang, keras kepala, sombong, angkuh, dan sebagainya. Jadi orientasi kepribadian ammarah adalah mengikuti sifat binatang
- Kepribadian Lawwamah (nafsal-lawwamah)
Kepribadian lawwamah adalah kepribadian yang telah memperolah cahaya kalbu, lalu ia bangkit untuk memperbaiki kebimbangan antara dua hal. Dalam upaya yaitu kadang-kadang tumbuh perbuatan yang buruk yang disebutkan oleh watak gelapnya, namun kemudian ia diingatkan oleh nurilahi, sehingga ia mencela perbuatannya dan selanjutnya ia bertaubat dan beristighfar. Hal itu dapat dipahami bahwa kepribadian lawwamah berada dalam kebimbangan antara kepribadian ammarah dan kepribadian muthmainnah. Kepribadian lawwamah merupakan kepribadian yang didominasi oleh akal. Sebagai komponen yang memiliki sifat insaniah, akal mengikuti prinsip kerja rasionalistik dan realistik yang membawa manusia pada tingkat kesadaran.
Apabila sistem kendalinya berfungsi, maka akal mampu mencapai puncaknya seperti berpaham rasionalisme. Rasionalisme banyak dikembangkan oleh kaum humanis yang mengorientasikan pola pikirnya pada kekuatan “serba” manusia, sehingga sifatnya antroposentris. Akal apabila telah diberi percik annur kalbu maka fungsinya menjadi baik. Ia dapat dijadika sebagai salah satu cara untuk menuju kebaikan. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah membagi kepribadian lawwamah menjadi dua bagian, yaitu: (1) kepribadian lawwamahmalumah, yaitu kepribadian lawwamah yang bodoh dan zalim; (2) kepribadian lawwamah ghayrmalumah, yaitu kepribadian yang mencela atas perbuatannya yang buruk dan berusaha untuk memperbaikinya
- Kepribadian Muthmainnah (nafsal-muthmainnah)
Kepribadian muthmainnah adalah kepribadian yang telah diberi kesempurnaan nur kalbu, sehingga dapat meninggalkan sifat-sifat yang baik. Kepribadian ini selalu berorientasi pada komponen kalbu untuk mendapatkan kesucian dan menghilangkan segala kotoran, sehingga dirinya menjadi tenang. Kepribadian muthmainnah bersumber dari qalbu manusia, sebab hanya qalbu yang mampu merasakan thuma’ninah. Sebagai komponen yang bernatur ilahiah qalbu selalu cenderung pada ketenangan dalam beribadah, mencintai, bertaubat, bertawakkal, dan mencari ridha Allah Swt.
Referensi
Hasanah, M. (2015). Dinamika Kepribadian Menurut Psikologi Islami . Jurnal Ummul Qura Vol VI, 110-124.
Sapuri, R. (2017). Psikologi Islam. Depok: PT Raja Grafindo Persada.
Oleh : musliha romadoni