Oleh: Dr. Suhardin, S Ag., M Pd.
(Dosen Universitas Ibnu Chaldun Jakarta)
Dalam perkuliahan di Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Imam Bonjol Padang sekarang Universitas Islam Negeri, pernah dikenalkan oleh Dosen Ilmu Pendidikan teori Tabularasa Jhon Locke, bahwa anak terlahir dalam keadaan suci bersih, siap dituliskan dengan tulisan apa saja.
Orang dewasalah yang mengukir nilai, ideologi, kemampuan, kebiasaan, kepribadian, karakter terhadap anak. Nabi menggariskan bahwa setiap anak yang terlahir dalam kondisi (fitrah) suci bersih, orang tuanya lah yang menentukan agama terhadap anak, Majusi, Nasrani dan Yahudi.
Fitrah berasal dari akar kata fathara-fathran artinya membelah, merobek, tumbuh dan terbuka. Fitrah diartikan juga pembawaan luhur semenjak lahir.
Pembawaan luhur manusia kecendrungan kepada nilai kebenaran, tumbuh dan berkembang di tengah padang kehidupan, lingkungan yang kondusif menumbuhkan nilai-nilai utama akan mekar dan
berkembang pada seseorang, sebaliknya jika lingkungan tidak mendukung, nilai kebenaran yang ada pada jiwa akan membonsai, layu, mati dan menumbuhkan nilai sebaliknya, keburukan, pertentangan dan kekufuran.
Keberagamaan pada seseorang merupakan nilai primordial, nilai asasi dan azali yang ada pada jiwa semenjak ia ditiupkan roh oleh Allah SWT:
“Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman) “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi”. Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini.” (Qs. Al-‘Araf (7): 171)
Allah SWT menceritakan bagaimana pembangkangan yang dilakukan oleh Bani Israil yang di bawa oleh Nabi Musa AS dari Mesir menuju Palestina, sehingga Allah meletakkan gunung di atas kepala mereka bagaikan,
seolah-olah awan yang tengah dan akan jatuh menimpa kepala, seraya Allah berfirman berpegang teguhlah terhadap apa yang sudah digariskan Allah dengan kitab Taurat, ingat selalu dan senantiasa diamalkan dalam kehidupan agar menjadi orang yang bertaqwa.
Setelah itu Allah SWT berfirman dengan lafal universal bahwa anak cucu Adam tatkala ditiupkan roh membuat kesaksian keyakinan terhadap Allah SWT.
Inilah fitrah, sebuah perjanjian primordialism antara hamba dengan khalik tatkala diciptakan untuk menjadi khalifah di permukaan bumi. Fitrah ini ibaratkan sebutir biji pohon yang siap tumbuh, maka yang menentukan kadar kesuburannya ada pada tanah.
Tanah yang subur membuat pohon menjadi tumbuh rindang, rampak, indah dan hijau, memberikan manfaat untuk sekitar. Tanah yang gersang membuat pohon tidak tumbuh, tetapi yang tumbuh rumput liar, memberikan kemudharatan terhadap sekitar.
Bayi yang lahir di tengah keluarga beriman dan bertaqwa kepada Allah, mengembangkan potensi fitrah beragamanya menjadi subur, ketaqwaan senantiasa terupdate, kesalehan terakumulasi, jiwanya tersambung dengan Allah dalam ikatan iman yang membuahkan amal, dilakukan secara konsisten, istiqomah, tidak berubah sampai kembali menemui Allah SWT dan masuk ke dalam surga-Nya Allah SWT.
Sebaliknya hamba yang lahir di tengah keluarga yang tidak beriman terhadap Allah, akan membuat bayi yang terlahir di tengah-tengah keluarga tersebut menjadi ikut tidak beriman, tetapi terkadang ada peluang-peluang hidayah yang datang, baik dalam bacaan, pertemanan, interaksi sosial, namun besar kemungkinan juga akan ikut dalam kekufuran.
Kekufuruan tidak tersambung dengan Allah SWT, tidak bisa bertemu dengan Allah SWT dan berada pada tempat yang tidak sama dengan orang beriman, ia di masukkan dalam Neraka. Islam agama yang telah diturunkan oleh Allah SWT sesuai dengan fitrah manusia:
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia (Allah SWT) telah menciptakan manusia sesuai dengan (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (Qs Ar-Rum (30): 30)
Seluruh ajaran yang dikembangkan Islam sesuai dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan teknologi, tidak satupun dari ajaran Islam yang bertentangan dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan.
Semua tuntutan Islam sesuai dengan nilai kemanusiaan dan hukum alam. Tidak satupun dari perintah, larangan dan petunjuk Islam yang memberatkan, merugikan bertentangan dengan kemanusiaan.
Maka itu Allah SWT memerintahkan kepada manusia untuk dapat menerima, mengamalkan, dan menerapkan ajaran Islam dalam seluruh dimensi kehidupan, karena ajaran Islam tersebut telah dirancang, didesain, dan dikembangkan sejalan dengan kadar, kemampuan, kesanggupan, dan kekutan manusia.
Inilah agama yang tidak ada perubahan-perubahan, sangat autentic, memberikan kebahagiaan kepada manusia, menjamin kelangsungan kemanusiaan, alam raya, lingkungan biotic dan abiotic sampai kepada batas yang telah ditentukan Allah SWT.
Manusia yang beriman, bertaqwa, dan istiqomah kembali kepada Allah SWT dan ditempatkan Allah SWT dalam sorga yang sudah diperuntukkan.
Kesempurnaan ajaran Islam yang sudah teruji, authentic, mampu untuk memecahkan masalah kehidupan yang rumit, pelik, kompleks berusaha ditutupi oleh para pihak yang tidak senang terhadap kemajuan Islam.
Mereka alergi dengan nama Islam, mereka takut dengan suara keislaman, mereka benci dengan simbol-simbol Islam, mereka berusaha menutupi dengan sekuat tenaga kemajuan dan perkembangan Islam. Ini di pesankan oleh Allah SWT:
“Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir membencinya” (Qs. As-Saff (61); 8)
Kebenaran Islam dicoba dirusak, dengan membuat opini tentang realitas kehidupan ummatnya, dengan berbagai ujaran-ujaran, narasi dan wacana yang cendrung mendiskreditkan ummat Islam; kadrun, radikal, teroris, intolerance.
Faktanya memang ada, tetapi bila ditelisik lebih jauh dan lebih dalam, kelompok-kelompok Islam yang berperilaku yang kurang sesuai dengan fitrah keislaman tersebut, bukanlah murni sebuah gerakan Islam yang authentic, tetapi ada kekuatan besar yang merekayasa,
kelompok kecil ini cendrung menjadi objek penderita, oleh ulah beberapa personil nakal, yang cendrung berperilaku wahan, ubuddunya wakaratul maut (cinta terhadap kegerlapan dunia takut mati). Mereka berusaha memperalat saudara-saudaranya untuk kepentingannya.
Dalam konteks ini Islam perlu di bangun dalam kerangka al-Matsalu Al-‘Ala, paradigma kompleks yang siap menjawab berbagai permasalahan kehidupan, konsep yang sudah teruji sebagai problem sholving (pemecah masalah), solusi utama kehidupan, alaternatif solusi terhadap permasalahan besar yang tengah dihadapi masyarakat dunia.
Ilmuwan dan intelektual Islam perlu bekerja keras untuk itu, sehingga Islam bukanlah citra negatif yang sudah dikembangkan oleh islamophobia, pembenci Islam yang mempersepsikan bahwa Islam hanya agama ritual untuk mengurus peribadatan, jangan masuk dalam kancah budaya, ekonomi, sosial dan politik serta peradaban.
Islam solutif, wujud dari agama fitrah yang telah diturunkan Allah SWT untuk menyelamatkan manusia, membahagiakan dalam kehidupan dunia menuju kehidupan abadi di akhirat kelak. Wallahu ‘alam.