Mahmud Yunus lahir di Sungayang Batusangkar 10 Februari 1899. Mahmud Yunus merupakan tokoh pendidikan Islam yang kebrilianannya telah terlihat sejak kecil. Sewaktu ia berumur tujuh tahun, selain ia belajar mengaji dan menghafal Alqur’an di surau kakeknya M. Taher bin M Ali, ia juga membantu kakeknya mengajarkan Alqur’an.
Ketika ia kelas 4 di SR (Sekolah Rakyat) sebagai pendidikan formal pertama yang dilaluinya, ia berhasil meraih prediket siswa terbaik. (Ramayulis dan Samsul Nizar, 2005:337). Mahmud Yunus juga seorang yang memiliki ambisi yang kuat untuk menuntut ilmu, dan tidak ragu-ragu untuk mewujudkan keinginannya.
Hal ini terlihat ketika beliau ingin pindah sekolah karena ia merasa bosan di SR disebabkan pelajaran yang selalu diulang-ulang. Akhirnya setelah mendapat izin dari orang tuanya, pada tahun 1910, ia diantar ayahnya pindah ke Madras School. (Ramayulis dan Samsul Nizar, 2005:337).
Meskipun sedang mengecap pendidikan di Madras School, namun ia tetap menyempatkan diri membantu kakeknya mengajar Alqur’an di malam hari. Akan tetapi, karena tidak tahan melihat teman-temannya bermalam di surau tanjung pauh (lokasi Madras School), maka tahun 1911 ia bergabung di sana tanpa seizin kakeknya.
Namun ia berhasil menguasai pelajaran yang diajarkan di sana, bahkan dipercaya menjadi guru bantu pada halaqah-halaqah dalam berbagai mata pelajaran. (Ramayulis dan Samsul Nizar, 2005:338) Jenjang pendidikan selanjutnya yang dilalui Mahmud Yunus setelah di Madras School ialah Al-Azhar, Mesir.
Setelah menamatkan pendidikan di al Azhar, ia melanjutkan ke Dar al-”Ulȗm. Ia sangat tertarik untuk belajar di lembaga pendidikan tersebut. Selain Darul ‘Ulum merupakan lembaga pendidikan Islam yang terkenal di Mesir pada masa itu, di sana, ia juga diberikan materi pengetahuan umum disamping pengetahuan agama.(Ramayulis dan Samsul Nizar, 2005:339).
Mahmud Yunus turut merasakan suasana pembaharuan pendidikan Islam ketika di Mesir. Salah satu karakteristik dari pembaharuan ialah bangkitnya kesadaran umat Islam terhadap pentingnya mempelajari pengetahuan umum di samping pengetahuan agama, sehingga madrasah-madrasah mulai memasukkan materi pengetahuan umum dalam kurikulum yang dipelajari.
Mahmud Yunus tidak hanya melalui berbagai jenjang pendidikan, tetapi ia juga melakukan pembaharuan-pembaharuan pada lembaga pendidikan, bahkan juga turut mendirikan lembaga pendidikan. Sebuah lembaga pendidikan yang bernama Madras School yang didirikan oleh Syaikh H. M. Thaib Umar di Batu Sangkar tahun 1910 pernah terpaksa ditutup pada tahun 1913 karena kekurangan kelas.
Menyikapi hal ini, pada tahun 1918 Mahmud Yunus menghidupkan kembali sekolah tersebut dan berjalan dengan lancar. Kemudian pada tahun 1923 Madras School berubah nama menjadi Diniah School, kemudian berubah nama lagi menjadi al-Jami’ah al-Islamiah pada tahun 1931. (Mahmud Yunus, 1985:103).
Al-Jami’ah Islamiyah yang didirikan oleh Mahmud Yunus tepatnya pada tanggal 20 Maret 1931 ini terdiri dari 3 tingkatan yaitu ibtidaiyah selama 4 tahun, tsanawiyah 4 tahun dan ‘aliyah 4 tahun. Dan Mahmud Yunus adalah pimpinannya.
Selain itu Mahmud Yunus juga pimpinan dari sebuah lembaga pendidikan yang didirikan oleh Persatuan Guru-guru Agama Islam (PGAI) di Padang pada tanggal 1 April 1931 yakni Normal Islam. (Mahmud Yunus, 1985:66).
Ketika Mahmud Yunus sebagai wakil Majelis Islam Tinggi sekaligus penasehat di kantor residen Padang, ia pernah mengupayakan agar kepala jawatan pengajaran Jepang memasukkan Pendidikan Agama Islam ke sekolah-sekolah pemerintah mulai dari sekolah desa. Akhirnya usaha tersebut berhasil.
Selanjutnya, beliau juga merencanakan sebuah rencana pengajaran kemudian disetujui oleh Majelis Islam Tinggi. Untuk merealisasikannya, diadakanlah pelatihan untuk guru-guru agama di bawah pimpinan Mahmud Yunus. Kemudian, guru-guru tersebut disebarkan ke seluruh daerah minang.
Pada Maret 1945, Mahmud Yunus juga pernah diamanahkan oleh Majlis Islam Tinggi untuk memimpin madrasah awaliyah. (Mahmud Yunus, 1985:122) Pada September 1946, Normal Islam dan Islamic College yang merupakan sekolah guru agama di Padang ditutup, karena adanya pertempuran antara tentara Belanda dengan pemuda-pemuda Indonesia.
Dengan kesepakatan bersama guru-guru agama, maka didirikan Sekolah Menengah Islam di Bukittinggi sebagai ganti kedua lembaga tersebut dan langsung dipimpin oleh Mahmud Yunus. (Mahmud Yunus, 1985:131) Mahmud Yunus adalah juga kepala bagian Islam pada Jawatan Agama Propinsi Sumatera Barat ketika ibu kota Propinsi Sumatera Barat adalah Pematang Siantar (1947). (Mahmud Yunus, 1985:131)
Beliau juga pernah diamanahkan sebagai Rektor IAIN Imam Bonjol Padang (1966-1971). Bahkan nama beliau juga diabadikan sebagai nama jalan menuju kampus ke IAIN lubuk lintah dan juga pernah menjadi nama auditorium di IAIN Lubuk Lintah. (Tim Islamic Centre SUMBAR, 2001:150). Awal tahun 1970, kesehatan Mahmud Yunus menurun dan bolak balik masuk rumah sakit.
Pada tahun 1982, Mahmud Yunus memperoleh gelar Doktor Honoris Causa di bidang ilmu tarbiyah dari IAIN Jakarta atas karya-karya dan jasanya dalam mengembangkan pendidikan Islam di Indonesia. (Tim Islamic Centre SUMBAR, 2001:150). Pada 10 Januari 1982, Mahmud Yunus meninggal dunia. (Tim Islamic Centre SUMBAR, 2001:151).
Mahmud Yunus adalah juga penulis yang cukup produktif, yang bukunya telah diterbitkan dan tersebar di tanah air. Selama hidupnya ia telah menghasilkan 49 karya tulis berbahasa Indonesia dan 26 karya berbahasa Arab.(Abuddin Nata, 2005:61).
Adapun karya-karyanya dalam bidang pendidikan antara lain:
Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Penerbit mutiara: Jakarta, 1997);
Pendidikan di Negara-negara Islam dan Inti sari Pendidikan Barat (CV. Hidayah: Jakarta, 1908);
Pengetahuan Umum dan Ilmu Mendidik: Methodik Khusus Pendidikan Agama (PT. Hidakarya Agung, Jakarta, 1980);
Pngembangan dan Pendidikan Islam di Indonesia : Pokok-pokok pendidikan dan pengajaran (PT. Hidakarya agung, Jakarta, 1978;
Al-Tarbiyah wa al-Ta’lȋm (Pendidikan dan Pengajaran). Sedangkan dalam bidang akhlak adalah Keimanan dan Akhlak I (1979);
Keimanan dan Akhlak II (1979);
Keimanan dan Akhlak III (1979);
Keimanan dan Akhlak IV (1979);
Beriman dan berbudi Pekerti (Hidakarya Agung, Jakarta, 1981):
Lagu-lagu Baru Pendidikan Agama/Akhlak Moral pembangunan dalam islam; akhlak (1978)
Dalam bidang bahasa Arab di antaranya:
Pelajaran Bahasa Arab I; Pelajaran Bahasa Arab II;
Pelajaran Bahasa Arab III;
Pelajaran Bahasa Arab IV;
Daras al-Lughat al-‘Arabiyah ‘ala Tarȋqat al-Hadits (CV. Al-Hidayah Jakarta);
Metodik Khusus Bahasa Arab;
Kamus Arab-Indonesia; Contoh Tulisan Arab; al-Muthâla’at wa al-Mahfȗzhât;
Durus al-Lughat al-‘Arabiyah I;
Durus al-Lughat al-‘Arabiyah II; Muhadatsat al-‘Arabiyah (PT. Hidakarya Agung Jakarta, 1981);
Al-Mukhtarat li al-Muthâla’at wa al-Mahfȗzhât.
Buku tentang pelajaran agama antara lain:
Pemimpin pelajar Agama I,
Pemimpin Pelajar Agama II,
Pemimpin Pelajar III
Sumber : Jurnal Tarbiyah